Sunday, November 6, 2016

Perjalanan Promil episode 2 - Urologi

Hari jumat kemaren, 4 Nov 2016, saat yang lainnya sedang heboh demo tentang penistaan agama oleh ahok, saya juga demo di rumah sakit. Hehe. Beda jihad. Semoga jihad nya saya bisa membuahkan generasi qurani yang bisa ikut membela al-quran saat dia dinodai kelak. Aamiin.

Saya hari itu memenuhi janji untuk konsul ke dokter urologi, meneruskan rujukan dari dr. Irnawaty kemarin. Kita datang ke RS. Limijati jam 5 sore dan kebetulan antriannya ga begitu panjang seperti kalau kita antri ke dr. Irnawaty. Kita konsul ke dr. Ricki Adrianjah Sp.U. Bismillah. Saat masuk ruangan dokter, saya melihat sosok seorang dokter yang masih lumayan muda. Wajah nya ga terlalu ramah. Biasa saja. Ekspresinya pun datar. Ya... Mirip2 kaya klo saya sudah Capek ngerjain pasien. Begitu lah kira-kira kesan pertama saya. Heuu heuu heuuu

Setelah dokternya nanya ada apa... Saya dan suami langsung ceritain panjang lebar dari mulai kenapa blm kunjung hamil sampai akhirnya dirujuk oleh dokter kandungan ke beliau. Beliau tidak merespon banyak dengan cerita kita. Beliau hanya ngangguk2 dan langsung mengambil Surat rujukan untuk melakukan tes laboratorium. Kita diberi 2 lembar surat rujukan, satu untuk tes USG Doppler testis bilateral di Laboratorium Pramita Jl. Riau, (dan harus disitu Karena katanya dokter nya yang ahli cuma di lab itu) dan tes hormon (LH, FSH,testosteron).

Dokter nya berjanji apabila hasil laboratorium telah keluar, beliau akan menjelaskan detail tentang apa itu? kenapa bisa terjadi seperti itu? bagaimana proses terjadinya? dan harus dilakukan apa?. Supaya beliau bisa menjelaskan semuanya sesuai data dan fakta *katanya. Beliau hanya membuat Diagnosis sementara yaitu Suspect Varicocele Bilateral. Biaya konsultasi ke dr. Urologi di RS Limijati sekitar Rp.250.000.

Keesokan harinya, saya dan suami berencana untuk survey harga ke laboratorium yang dituju. Setelah menanyakan ke bagian informasi,  ternyata biaya untuk pemeriksaan tersebut lumayan menguras kantong. Untuk USG Doppler testis bilateral harganya Rp. 850.000,- dan untuk tes hormon sekitar Rp. 1.160.000,-. Total sekitar 2jt an.

Karena pada saat itu waktu nya tidak memungkinkan untuk langsung dilakukan  tes, dan Karena alasan saya yang harus balik lagi ke Pangandaran esok harinya, serta ada beberapa syarat yang harus dilakukan sebelum melaksanakan tes seperti booking  terlebih dulu untuk USG Doppler (Karena hanya 1 pasien/hari) dan tes hormon harus dilakukan jam 7 pagi... Kita memutuskan untuk menunda pemeriksaan lab tersebut sampai saya bisa menemani suami saat pulang di minggu berikutnya.

Satu hal yang bikin saya Capek sama Hal ini *padahal ga boleh ngeluh* Karena saya jauhan sama suami. Suami selalu menolak saat saya meminta dia untuk melakukan pemeriksaan saat saya jadwal pulang ke Bandung, Karena dia lebih ingin happy2 ketimbang harus menerima kenyataan harus periksa ini periksa itu. Saya coba semangati. Saya bujuk supaya waktu kita tidak terbuang sia2. Lebih cepat lebih baik. Prinsip saya sih periksa-periksa iya, happy2 juga iya. 2-2 nya harus jalan.

Peer saya sekarang bertambah. Saya harus bisa tegar dan harus bisa semangat membuat suami tercinta ceria lagi seperti biasa. Saya harus struggle perjalanan jarak jauh tiap bulan demi bisa membuat suami sembuh total Dari penyakitnya. Saat ini saya dituntut janji sama Allah buat nerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. InsyaAllah.

Semoga ujian ini segera berakhir dan segera membuahkan hasil. Aamiin. :')

I love you ayahku... :)

1 comment: