Jadi ibu itu belajar. Belajar akan banyak hal.
Sudah 4hr ini, apip diare. Sehari dia bisa buang air 7-9kali. Badannya lemas. Kurus seketika. Lemas. Lesu. Dan sangat menguras hati saat melihatnya. Hari pertama, apip sudah dibawa ke dokter. Tapi saat itu blm ada tanda diare. Apip dibawa ke dokter karena muntah yang berulang. Setiap makanan/susu yang masuk, dia muntah. Dokter hanya meresepkan obat anti mual, anti demam, cairan oralit, dan obat batuk.
Keesokan harinya, diare mulai muncul, siang 4x, malam 3x, begitu seterusnya sampai hari ini hari ke 4. Saat hari ke 2 diare, apip sempat dilarikan ke UGD, namun apip hanya di tes lab dan diperbolehkan pulang. Karena hasil tes lab bagus dan tidak ada tanda dehidrasi. Dokter pun tidak meresepkan obat apapun.
Sepulang dari ugd, diare masih terus berlanjut.
Saya jadi sangat khawatir, saya terus menerus menangis, dan tidak bisa tidur.
Diare apip diperparah dengan kondisi dia yang sulit untuk makan dan minum. Tidak ada asupan gizi untuknya. Sekalipun gizi nya masuk, langsung keluar lagi dalam bentuk cairan berwarna kuning, dan ampas2 makanan yang tidak tercerna.
Semoga apip segera sembuh. Sehat ceria seerti sedia kala. Aamiin. Aamiin.
wonderful life
Saturday, July 6, 2019
Diare
Thursday, June 13, 2019
Baby number 2 - first story
8 April 2019 itu hari pertama haid terakhir saya. 8 Mei 2019 saya tunggu si datang bulan tapi tak kunjung datang. Saya mulai deg2an. Saya coba beli test pack dekat puskesmas siang sepulang kantor. Dan jeng jeeeeeeng. Si garis 2 itu pun muncul namun masih samar.
Sorenya saat suami pulang kantor, saya kabari berita *kaget* ini. Suami hanya senyum senyum simpul antara senang dan bingung. Bingung mau senang atau sedih. Jarak kehamilan saya dengan anak pertama terpaut cukup dekat. Saat ini Rafif masih berusia 10 belan. Belum genap 1 tahun. Dan proses persalinan pertama adalah SC. Dimana jarak kehamilan berikutnya yang ideal adalah minimal 2 tahun. Suami lebih was was akan hal itu. Saya pun begitu.
2 minggu setelah itu, setelah melihat hasil test pack, saya dan suami memberanikan diri untuk periksa USG ke dokter. Saat ke dokter, hasil pemeriksaan USG masih berupa kantung. Belum tampak si jabang janin. Kamipun berdoa, Ya Allah jika memang ini rejeki kami, dan amanah baru kami yang mampu kami pikul, kami akan ikhlas tawakal menerimanya, sehatkanlah ia, tumbuh dan kembangkanlah ia dengan normal tanpa kurang satu apapun. Aamiin.
Seminggu setelah kontrol, saat saya sedang shalat isya, saya merasa ada yang keluar dari bagian bawah. Seperti haid. Seperti gumpalan. Setelah mengecek, benar saja, ada gumpalan sebesar hati ayam berwarna merah tua tampak di dalam celana dalam saya. Saat saya ambil gumpalan itu, saya panik. Apakah ini yang dinamakan keguguran? Saat itu sudah jam 11 malam. Saya coba tenang. Saya coba bangunkan suami dan membuatnya tenang. Saya pun mulai pakai pembalut dan tidur kembali disebelah Rafif.
Pagi nya, kebetulan hari itu hari Kamis, 30 Mei 2019, sedang tanggal merah. Saya kunjungi salah satu rumah sakit di bandung. Namun ternyata saat tanggal merah dokter kandungan tidak praktek. Saya disarankan untuk ke UGD. Di UGD, karena tidak ada mesin USG, dan dokter pemeriksanya dokter umum, saya hanya diresepkan penguat dan obat anti kontraksi dan disarankan untuk kembali besok.
Tidak puas dengan hasilnya, kami mencoba ke rumah sakit lain. Ternyata ada dokter kandungan yang praktek. Setelah antri dan dipanggil masuk, dokter mulai melakukan pemeriksaan dengan mesin USG. Di layar, masih tampak kantung dan bakal janin yang masih sangat kecil. Kata beliau, "kita coba selamatkan ya bu, akan saya resepkan obat penguat dan obat anti kontraksi. Selain itu, ibu harus bedrest ya bu. Jangan banyak beraktifitas."
Sepulang dari sana, saya coba buat bedrest. Ternyata tidak bisa. Rafif yang masih bayi, dan pengasuh yang sudah mulai cuti lebaran, saya terpaksa untuk tidak bedrest dan mengurus rafif. Gendong sana sini. Menuntunnya kesana kesini. Sungguh tidak bisa bedrest sesuai advise dokter. Pendarahan memang sudah berkurang, hanya keluar flek2 coklat seperti hari pertama haid. La haulaa.
10 hari setelah kontrol kemarin, saat dini hari, saya kembali mengalami pendarahan. Kali ini lebih cair dan berwarna merah terang. Keluar sampai mewarnai seluruh celana yang saya pakai. Saya mulai panik. Kejadiannya selalu tengah malam atau dini hari. Terpaksa hari itu saya harus kembali kontrol ke dokter kandungan.
Setelah di cek, dokter bilang ada 2 kantung. Saya dan suami kaget. *HAH saya Hamil Kembar???* Di satu kantung sudah ada janin dan jantungnya sudah terlihat kembang kempis. Kantungnya pun bagus. Sehat. Di satu kantung yang lain masih belum terlihat jelas. Saya disarankan untuk kontrol 2 minggu kedepan. Dokter pun kembali hanya meresepkan obat penguat. Serta jangan terlalu banyak beraktifitas. *lagi-lagi tidak bisa saya lakukan. Hhhhhhh
Seterusnya, si flek itu selalu muncul. Kadang banyak. Kadang sedikit. Tapi warnanya tidak seterang 2 pendarahan sebelumnya. Saya benar benar khawatir. Akhirnya saya kembali kontrol. Saat kontrol. Alhamdulillah janin masih ada, berkembang dan denyut jantungnya masih bagus. Namun si kantung lainnya yang katanya kembar, tidak terlihat janin sama sekali. Kata dokternya, Mungkin pendarahan yang saya alami dari si kantung yang 1 yang tidak berkembang. Tapi bisa juga karena saya masih menyusui. Dokter menyarankan untuk segera menyapih anak pertama, supaya tidak merangsang kontraksi rahim sehingga terjadi pendarahan berulang. Hiks. Disitu saya mulai sedih.
Drama kehamilan kedua ini sungguh benar benar drama. Senang sedih muncul bersamaan. Pendarahan berulang dan flek terus menerus, cara menyapih rafif yang sangat sulit dilakukan, bedrest yang tidak bisa dikerjakan, sungguh membuat saya dilema.
Kami hanya berdoa semoga diberikan jalan terbaik dengan kondisi terbaik. Kami ikhlas, kami pasrah. Semoga semua berjalan baik baik saja. Aamiin. Aamiin yaa robbal'alaamiin.
Bismillah...
Saturday, March 30, 2019
Roseola oh Roseola
27 Maret 2019 Rafif tepat berusia 9 bulan. Pun tepat harus imunisasi campak. Tapi sayang.... Tepat dihari ulang bulannya dia tiba2 demam. Demamnya tidak main-main. Mendadak suhu tubuhnya naik sampai 40derajat celcius. Saya panik. Saya coba menenangkan diri sambil menunggu suami pulang. Saat itu pukul 3 sore.
Setelah suami pulang, saya langsung bercerita dengan khawatir dan panik dan langsung mengajak pergi ke rumah sakit. Setibanya disana, dokter menyatakan bahwa bila anak tiba2 demam tinggi mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi Virus. Tapi untuk meyakinkan lebih baik dilakukan pemeriksaan lab yaitu darah rutin.
Setelah setuju untuk dilakukan pemeriksaan lab dan keluar hasilnya, semua menunjukkan angka normal. Kesimpulan sementara rafif tidak terkena infeksi bakteri maupun DBD. Dokter hanya meresepkan obat penurun panas dan imun drop untuk daya tahan tubuhnya. Serta menyarankan untuk kontrol di hari ke3.
Hari ke 2, rafif masih terus demam tinggi. Saya coba kasihkan obat penurun panasnya, turun. Namun saat efek obatnya hilang, rafif kembali demam tinggi. Begitu seterusnya sepanjang hari. Tapi alhamdulillah dia masih mau makan dan menyusu. Hanya sedikit rewel ketika mulai demam.
Hari ke 3 saat jadwal kontrol, rafif masih juga demam. Saya dan suami akhirnya memutuskan untuk kontrol ke rumah sakit. Disana rafif kembali dilakukan cek darah namun lebih lengkap. Ada NS1 dengue dan CRP. Namun lagi2 hasilnya bagus semua. Dengue negatif, CRP pun negatif. Dokter malah memberikan resep antibiotik dan 2 macam vitamin.
Kamipun pulang dengan banyak pertanyaan. Rafif sebenarnya sakit apaaa.
Keesokan harinya hari ke 4, demam rafif mulai turun tanpa pemberian obat penurun panas dan antibiotik. Alhamdulillah. Tapi di wajah, perut, punggung mulai muncul ruam merah. Berkelompok dan banyak. Demam reda, ruam merajalela. Saya pun mengingat2 gejala ini, teringat anak teman saya pernah mengalami hal serupa. Saya pun bertanya. Ternyata itu penyakit roseola infantum.
Roseola infantum adalah penyakit akibat virus herpes yang biasanya menyerang bayi berusia 9-12 bulan. Gejala yang dialami adalah peningkatan suhu tubuh mendadak dan tinggi diatas 39 derajat selsius. Saat deman turun mulai muncul bercak kemerahan atau ruam di bagian dada punggung dan bisa menyebar ke bagian wajah dan leher. Bercak merah tersebut bisa berupa timbul maupun datar.
Setelah mencari tahu, saya mulai lega. Untungnya saya tidak buru2 memberikan rafif antibiotik. Karena rafif ternyata memang terkena infeksi virus yang tidak membutuhkan antibiotik. Rafif hanya perlu istirahat dan makan serta minum yang banyak.
Selama sakit, tidak berkurang kelincahan dan keaktifan dia. Alhamdulillah.
Semoga rafif segera sembuh dan selalu sehat. Aamiin. Ayah sama ummi sayang sama rafif. I love you so much dear. Kiss kiss.
Tuesday, December 18, 2018
Due Date
Sudah lama tidak curhat sama blog karena kesibukan jadi ibu baru, new mom yang ternyata luar biasa menyita banyak waktu. Waktunya jadi habis sama liatin bayi mungil nan menggemaskan yang mau dia bangun atau tidur tetep pengennya diliatin.
Kali ini mau cerita gimana akhirnya baby dung dung launching ke dunia. Jadiiii ini dimulai ketika dia berumur 7 minggu, dimana dokter kandungan kala itu menjelaskan kalau perkiraan lahir si baby itu 25 Juni - 2 Juli 2018. Berhubung mommy nya baby dung dung lahir bulan juni, mommy nya selalu ngasih afirmasi ke baby untuk lahir bulan Juni aja supaya bisa samaan bulan lahirnya. Hahaha. Lebay yaaa.
Naaaah sampailah pada bulan juni dan baby terus diajak ngobrol untuk lahir bulan juni aja. Saat mendekati tanggal perkiraan lahir, saya sudah mulai persiapan banyak hal, tapi si baby blm menunjukkn tanda2 akan keluar. Sampai akhirnya masuk tanggal 27 Juni, sehabis sholat subuh, saat sedang mesra2an bertiga ngajak baby ngobrol untuk segera keluar dan suami elus2 dan cium2 perut, tiba2 berasa ada yang ngalir dari vagina. Saya ambil tisu dan jeng jeng... Ko keluar darah segar. Saya dengan santainya langsung bilang sama suami, "ayah... Darah...". Saat itu juga suami langsung siaga bawa tas dan ngasih tau ortu. Pagi2 itu juga kita langsung berangkat ke klinik bersalin terdekat.
Tiba disana, saya langsung dipasang alat CTG dan dicek dalam sama bu bidan untuk lihat sudah ada pembukaan atau belum (dicolok sama 2 jari bu bidan dan rasanyaaaaaaaaaaa huaaaaaaah ga enaaaaak bangeeeeet). Setelah keluar hasil CTG dan konsul ke dokter jaga saat itu, saya disarankan untuk sesar hari itu juga. Karena hasil CTG menunjukkan janin stress (fetal disstres/gawat janin) dan ada lilitan tali pusar. Dokternya bilang tidak disarankan menjalani persalinan normal apalagi di induksi karena akan membahayakan janin. Apalagi saya tidak merasakan mules/kontraksi.
Akhirnya saya berangkat ke rumah sakit yang bisa pakai bpjs saat itu juga. Berhubung hari itu hari libur karena ada pilkada serentak, saya langsung masuk IGD. Hasil pemeriksaan di klinik bersalin dan IGD rumah sakit tidak jauh berbeda dan 2-2 nya menyarankan untuk segera dikeluarkan bayinya. Setelah mengurus administrasi dan lain2, jam 8 malam hari itu saya menjalani operasi sesar untuk mengeluarkan baby dung2.
Persiapan sebelum operasi sesar saat itu lumayan singkat, tiba2 saya sudah masuk ruang operasi dan siap di anastesi. Kesan pertama operasi sesar itu... Hmmmmmm.... Linuuuuuuuuu luar biasa. Berhubung bukan bius total, anastesi yang dilakukan di tulang belakang itu rasanya menyiksaaa. Hhhhhh gamaumau lagi nginget rasanya gimana. Hhhhh linuuuu beuuud beuuud beuuud.
Setelah di anastesi, kaki berasa kesemutan dan berasa bengkak gabisa digerakkin sama sekali. Sedikit panik karena baru banget ngerasaain sensasi baal separuh badan, tapi terus istigfar dan dzikir. Beberapa menit kemudian dokter kandungan langsung membelek perut, berasa perut digoyang kanan kiri dan selang beberapa menit langsung muncul suara tangisan bayi.
Perasaannya langsung haruuuu biruuuuu. Cirambay berderai air mata di meja operasi Denger suara tangisan bayi yang 9 bulan dielus2 dibawa2 kemana mana... Takbir dan ga berhenti berucap syukur. Sempet cium pipi lembutnya tapi setelah itu si bayi langsung dibawa entah kemana. Saya ditinggal bertiga sama perawat untuk dibersihkan darahnya dan dibawa ke ruang pemulihan.
Post operasi sesar... Saya hanya bisa berbaring di tempat tidur. Sakiiiiiit luar biasa. Gabisa miring kanan miring kiri. Gabisa bangun. Gbisa ngapa2in. Ketemu bayi pun br bisa keesokan harinya jam 9 pagi. Menyusui bayi pun saya tak sanggup. Apalagi ASI sama sekali belum keluar setetespun.
Malamnya saya sama suami cuma tidur berdua tanpa bayi. Terasa hampa. Yang tadinya ada di perut tiba2 kosong dan disebelah tempat tidur pun ga ada. Huaaaaa begitu toh rasanya terpisah dengan bayi.
Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. Akhirnya bisa merasakan hamil tuntas 9 bulan, melahirkan, menimbang bayi anak sendiri, menyusui anak sendiri. Subhanallah rasanya tidak bisa diungkapkan oleh kata2. BAHAGIA!!
Tapi.... Sebelum saya diijinkan pulang oleh rumah sakit, si baby harus ditinggal disana untuk pengobatan beberapa hari terkait masalah yang ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lab lengkap. Sedih.
Cerita dilanjut berikutnya yaaa
Si baby mulai goyang kayaknya minta nenen. Hehehe.
Sunday, June 3, 2018
USG Kedelapan
Seperti biasa kita booking 2 minggu sebelum. Kali ini saya dapat antrian pagi hari karena untuk antrian kontrol di sore hari sudah penuh. Adapun itu di tanggal 31 Mei an dan itu udh masuk di 35 minggu... Akhirnya saya ambil jadwal pagi saja. Demi ketemu baby dung dung.
Saat hari H tiba.... Saya kira dokternya samaa seperti kontrol sebelumnya, tapi ternyata bedaaaa. Ya sudahlah yaaaa ujung2 nya diakhir2 kontrol kita jatohnya jadi gunta ganti dokter. Hasil pemeriksaan kali ini si baby sudah bertambah beratnya yang semula hnya 1,6kg sekarang sudah 2,4kg. Subhanallah. Mamam yang banyak y nak biar nanti pas lahir agak berisi. Hehehehe.
Penampakan 4D sudah susah dilihat karena ruang dia di dalem rahim sudah sempit dan posisi dia sudah meringkuk. Sudah susah bergerak. Jadi kita kecewa.... Yaaaaah sudaaaahlaaaahyaaaaaa. Yang penting baby dung dung sehat normal pinter kasep bageur sholeh dan lahir lungsur langsar selamat sentosa bahagia. Aamiin.
Friday, April 27, 2018
USG ketujuh
Thursday, April 12, 2018
Hunting Tempat Bersalin
Minggu ini usia kandungan saya sudah menginjak usia 28 minggu dimana sudah masuk di trisemester ketiga. Alhamdulillah. 2 bulan lagi mendekati due date. Saya sama suami sudah mulai searching2 persiapan lahiran dari mulai list belanja peralatan bayi sampai tempat dimana nanti melahirkan.
Sejak awal hamil memang saya selalu rajin kontrol di rumah sakit khusus ibu dan anak dan konsul dengan dokter Sp.OG. Tapi... Semenjak mendekati waktu lahiran, saya sama suami banting setir ke klinik bidan. Entah kenapa. Dan gamau lahiran di rumah sakit. Selain karena pertimbangan finansial, saya sama suami pengen lahirannya nanti itu simpel normal lungsur langsar tanpa ditakuti2 harus SC.
Sempet searching searching juga dimana tempat bersalin yang "enakeun" di sekitaran bandung dan cimahi yang deket rumah dan terjangkau. Pernah kepoin di instagram ada klinik harkel (harapan keluarga). Tempatnya bagus, bersih, ala-ala sunnah rosul, pake hypnobirthing. Tapi itu jauuuuh banget dari rumah... Kebayang klo udh mules, kelamaan di jalan, belum ditambah macet.. Keburu keberosotan dijalan. Kan ribet yaah. Akhirnya nyari lagi.
Suami juga sempet nawarin pake asuransi dari kantornya yang kerjasama sama rumah sakit dustira cimahi. Tapi lagi2 saya agak kurang sreg klo lahiran di rumah sakit apalagi rumah sakit pemerintah. Nanti susah dikit suruh SC karena biaya pengklaimannya besar. Oh nooooo. Tau sendiri kan yaaa birokrasi rumah sakit kaya apa yang ttp aja menolong orang pake acara komersil. Hehe
Saya pengen lahirannya itu tenang nyaman dan bener bener dimotivasi untuk lahiran normal. Akhirnyaaa saya teringat sama nasehat mertua untuk coba kontrol ke bidan yang notabene dulu temen ibu mertua. Kata beliau disana ada kelas hypnobirthing nya juga. Saya baru nurutin kata ibu mertua di akhir2 kehamilan. Maap ibuuuuuu. Hehe.
Pergilah saya sama suami ke bidan ituuuu namanya bidan onih. Alamatnya di Jl. Karang Arum Bandung. Saat sampai di klinik bidan nya, kesan pertama masuk itu bersih, nyaman, terlihat profesional, banyak pajangan sertifikat dan penghargaan, poster hypnobirthing, dan "enakeun". Baru dateng pertama kali aja saya dalam hati langsung bilang, "mau lahiran disini ajaaa!!" hahahaha.
Disana saya sama suami nanya2, dari mulai biaya persalinan, kapan kelas hypnobirthing diadain, ada senam/yoga hamil atau engga, dan lain-lain. Pemeriksaan USG pun ternyata ada. Biaya nya lebih murah ketimbang di rumah sakit sama Sp.OG. Saya jadi nyesel kenapa ga nurutin apa kata ibu mertua dari awal hamil untuk kontrol ke temennya beliau itu. Malah sok-sok an ke rumah sakit dan maunya sama konsulen. Weeeew. Jadinya berasa buang-buang uang. Upssss. Astagfirulloh... Hehehe
Dan pada akhirnya saya sama suami memutuskan untuk melanjutkan kontrol kehamilan di minggu-minggu terakhir menjelang persalinan di bidan onih tersebut ajaaaa. Biar sekalian mempersiapkan lahiran disana. Bismillah....
Lungsur langsar sehat bahagia ya naaaak. Kiss kiss 😘😘😘